Friday, January 8, 2016

Vakansi Sendiri

“Apa serunya jalan-jalan sendiri?” Pertanyaan itu banyak diungkapkan saat saya mengutarakan niat untuk berpelesir ke Vietnam. Tidak cuma dari orang-orang di sekitar, tapi juga dari saya sendiri. Wajar saja, ini kali pertama saya pergi sendiri. Biasanya pasti ada tandem, satu, dua, bahkan hingga belasan orang.

Negeri Paman Ho masuk ke dalam daftar kunjung saya sejak dua tahun lalu. Pertama, karena ia berada di Asia Tenggara. Kedua, karena (kata orang) di sana serba murah. Jadi, saat dapat tiket dengan harga yang cukup terjangkau, ya, langsung beli saja! Tidak sempat mengajak siapapun pergi saat beli tiket karena sudah tak sanggup untuk dengar alasan “sibuk banget!” atau “nggak ada bujet”, hahaha. Tapi di balik rasa percaya diri bakal melakukan vakansi ini sendirian, saya masih berusaha mengajak beberapa orang. Kalau mereka tidak memberi kejelasan sampai tanggal keberangkatan yang sudah ditentukan, ya sudah. Bye!

Tanggal 26 Agustus 2015, saya akhirnya benar-benar berangkat. Sendirian. Di bis ke bandara, saya sibuk foto-foto matahari tenggelam. Padahal, selain merasakan kemewahan pulang cepat dari kantor, saya mengalihkan kekhawatiran tentang perjalanan solo ini. Buat beberapa orang, varian vakansi ini bukan hal yang aneh. Tapi buat saya, ini adalah sesuatu yang baru. Sedikit anxious itu wajar lah.

Keesokan harinya, saya menjejakkan kaki di Bandara Internasional Tan So Nhat di Kota Ho Chi Minh. Lalu, setelah segelas es teh lemon dari Burger King, saya merasa siap banget buat menikmati negara itu selama tujuh hari selanjutnya!

Ada lima kota yang saya kunjungi, yaitu Saigon, Mũi Né, Da Lat, Hội An, Huế, Ninh Binh, dan Hanoi. Ternyata tujuh hari itu kurang! Saya terpaksa mencoret beberapa tempat yang ingin dikunjungi karena keterbatasan waktu. Sayang banget! Jadi, mungkin akan ada jalan-jalan ke Vietnam 2.0.

Vietnam versi saya terlalu seru! Mungkin buat saya sendiri, sih. Tapi percayalah, vakansi sendiri itu memang (terlalu) seru. Setidaknya, saya butuh pergi sejauh itu dan setua ini buat tahu kalau hidup itu butuh perencanaan. Ih, kok baru tahu? Tapi harus fleksibel juga! Nah, menjaga keseimbangan keduanya yang sulit. Dalam kasus saya selama ini, yang ada selalu fleksibel, hahaha.
Dapat apa lagi dari perjalanan dua bulan lalu? Banyak!

Jakarta, 21 Oktober 2015


No comments:

Post a Comment